Pemerintah resmi menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar bersubsidi, dan Pertamax pada Sabtu
(3/9).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
menjelaskan, sekalipun harga Indonesian Crude Price (ICP) turun menjadi US$ 90
dolar per barel hingga Desember 2022, tetap saja harga rata-rata ICP selama 1
tahun ini berada di level US$ 98,8 per barel atau hampir US$ 99 per barel.
Menurutnya, sekalipun harga ICP turun menjadi US$ 85 per barel hingga akhir
Desember 2022, keseluruhan rata-rata harga ICP Indonesia di sepanjang tahun
2022 masih berada di level US$ 97 per barel.
Meski ada di kondisi ini, pemerintah tetap
harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk subsidi dan kompensasi energi, yaitu
dari Rp 502,4 triliun menjadi Rp 640 triliun.
Menurutnya, bila pemerintah tidak
memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, maka bisa saja subsidi energi
yang awalnya disiapkan Rp 502,4 triliun, bengkak menjadi Rp 653 triliun.
Sri Mulyani menyadari keresahan rakyat akan
naiknya harga BBM ini. Terlebih, bila melihat harga minyak dunia yang sudah
bergerak turun.
pemerintah menaikkan harga BBM Pertalite
dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, kemudian Solar bersubsidi
naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, serta Pertamax naik
dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.
Meski harga BBM kemudian meningkat, Sri
Mulyani mengingatkan pemerintah tetap memberikan bantuan sosial bagi masyarakat
untuk tetap menjaga daya beli.
0 komentar:
Posting Komentar