Senin, 19 Desember 2022

Ganjar Buat Jateng Tangguh Bencana, Dengan Cara Sinergikan Sains dan Ilmu Titen

 


Menyadari Jateng merupakan provinsi dengan titik kerawanan bencana berskala sedang hingga tinggi,  Ganjar Pranowo intens meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi, dan menyeluruh mulai tahap prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana.

Mitigasi dan operasi kemanusiaan dalam penanggulangan bencana terus bergerak di Jateng. Menggandeng perguruan tinggi, Jateng menerapkan sains dan teknologi Early Warning System (EWS) yang mampu mendeteksi bencana sejak dini di wilayah paling rawan bencana.

Ganjar juga mengajak relawan dan masyarakat waspada dan peka pada gejala alam. Dia ingin mereka mempelajari ilmu titen. Ilmu yang bersumber dari kearifan lokal warisan nenek moyang tentang ajaran bagaimana manusia waspada dan sigap terhadap ancaman bencana.

Atas leadership, dan respons yang cepat serta ketangguhan dalam penanggulangan bencana, tahun 2015 Ganjar meraih penghargaan Aditangguh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lembaga ini tahun 2019 juga menganugerahi Jateng sebagai provinsi teraktif dalam penanggulangan bencana.

Ditegaskan Ganjar, Jateng akan selalu terlibat dalam operasi kemanusiaan di berbagai daerah yang dilanda bencana.  Selain itu, bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pihaknya akan terus memperbaiki diri, kualitas dan kompetensi sehingga bisa mengurangi risiko bencana.

Mantan Kalakhar BPBD Jateng Sarwa Pramana mengatakan, ada empat faktor yang menjadi kunci keberhasilan Jateng sebagai provinsi yang tangguh bencana. Pertama adalah komitmen kuat seorang pemimpin, selanjutnya paham mengenai Incident Command System (ICS).

Pembangunan hunian sementara (huntara) Kampung Jateng oleh Pemprov tahun 2018 di Petobo Baru, Palu Selatan, Kota Palu mendapat apresiasi sejumlah pihak. Saat itu, Pemprov Jateng membangun 100 huntara dilengkapi dengan fasilitas umum (air bersih, MCK, sanitasi) untuk korban bencana gempa dan tsunami di Palu.

Sejumlah terobosan telah dilakukan Ganjar dalam penanganan kebencanaan. Selain pendekatan teknologi EWS yang melibatkan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Geologi, UGM dan BMKG, diakui Sarwa, Ganjar mengajarkan tentang ilmu titen.

Selain itu, Ganjar mengalokasikan bantuan bagi korban bencana dan memperbaiki fasilitas yang rusak, memperbanyak  Desa Tangguh Bencana (Destana), Sistem Penguatan Kebencanaan AntarKaresidenan/Bakorwil, Unit Pelayanan Inklusif Disabilitas, dan Sekolah Aman Bencana sebagai bagaian program Gubernur Mengajar.

Menurut Sarwa, ilmu titen yang berdasarkan kearifan lokal misalnya jika erupsi Gunung Slamet naik ke level dua, maka Pancuran Tujuh di objek wisata Baturraden suhunya naik menjadi 47 derajat celcius. Selain itu, turunnya kera-kera, bambu yang pecah dan suara mirip gamelan ketika Merapi erupsi.


0 komentar:

Posting Komentar