Ganjar Pranowo
meminta negara untuk mengkaji ulang rencana kebijakan impor beras karena dapat
mengakibatkan harga hasil panen di kalangan petani menjadi jatuh. Hitung juga
ketika petani hari ini menanam pertimbangkanlah jerih payah mereka. Jangan
sampai nanti beras impor masuk, petani pas panen harganya jatuh lagi.
Di sisi lain,
orang nomor satu di Jateng itu juga menyebut saat ini pupuk sedang sulit
diperoleh petani karena subsidinya tidak bisa seratus persen, termasuk
obat-obatan yang juga naik harganya.
Merujuk pada hal
tersebut, Ganjar mendorong adanya pertimbangan kembali rencana melakukan impor
beras dan menyarankan adanya penghitungan ulang ketersediaan atau stok beras
yang ada.
Hati-hati betul
dengan data yang baik agar dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan,
termasuk Badan Pangan Nasional mereka menghitung dan memberikan informasi itu
kepada masyarakat.
Menurut Ganjar,
penghitungan harus dilakukan dengan baik jika kebijakan impor terlaksana,
seperti waktu kedatangan beras, kemudian pemerintah juga mesti menghitung masa
panen dari padi yang ditanam para petani.
Terlepas dari
isu impor beras, Ganjar menilai ini momentum yang tepat untuk mengembangkan
diversifikasi pangan Indonesia, apalagi saat ini Indonesia bisa tidak
bergantung pada beras.
Kalau bicara
beras analog, kita sudah bisa buat, terus kita punya umbi-umbian yang cukup
banyak dan masih bisa diolah, maka ini momentum termasuk sagu. Ini momentum
untuk kita bisa tidak bergantung hanya dengan beras karena impor ini selalu
menarik untuk para pedagang.
Ganjar
menegaskan, stok beras di Jawa Tengah aman dan terus dipantau, serta memahami
jika pemerintah punya penghitungan khususnya terkait kekhawatiran jika terjadi
bencana dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar