Jika dicalonkan
oleh Partai Golongan Karya (Golkar), Ganjar Pranowo akan mengubah peta dukungan
partai politik. Demikian temuan survei eksperimental yang dilakukan Saiful
Mujani Research and Consulting (SMRC).
Dalam
presentasinya, Saiful Mujani menjelaskan survei eksperimental yang dilakukan
SMRC untuk menilai efek calon presiden terhadap perolehan suara partai Golkar.
Ada tiga tokoh yang dipilih dan diperlakukan sebagai treatment: Airlangga
Hartarto, Ganjar, dan Erick Thohir.
Sementara Erick
adalah politikus non-partai yang selama ini sudah melakukan sosialisasi.
Tokoh-tokoh lain yang sudah dideklarasikan oleh partai lain tidak dimasukkan,
seperti Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Sebelum melihat
efeknya, yang pertama dilihat adalah variabel kontrol terhadap eksperimen.
Pertanyaannya adalah apabila pemilihan legislatif dilakukan sekarang, anda akan
memilih partai apa? Hasilnya mirip dengan hasil survei umumnya di mana PDIP
menempati urutan pertama, Gerindra di urutan kedua, dan Golkar di urutan
ketiga.
Namun Saiful
mengingatkan bahwa survei eksperimental ini hanya menggunakan sampel 267,
sehingga margin of error sekitar 6,1 persen. Umumnya margin of error survei
nasional SMRC sekitar 3 persen. Dalam variabel kontrol, partai Golkar
mendapatkan suara 11 persen.
Menurut Saiful,
ini menunjukkan Ganjar bisa menaikkan suara partai Golkar, jika dia dicalonkan.
Saiful melihat
bahwa Ganjar Pranowo adalah figur yang relatif terbuka. Jika ada penjelasan
yang meyakinkan, dia bisa saja pindah ke partai lain. Namun demikian,
lanjutnya, hal semacam itu tidak terlalu baik dalam konteks pendidikan politik.
Seharusnya orang yang sudah berkarir dalam partai politik begitu panjang,
seharusnya seharusnya tetap ada di partai tersebut.
Dalam treatment
di mana nama Airlangga dimasukkan dengan format pertanyaannya menjadi bila
Golkar mencalonkan Airlangga untuk menjadi presiden, partai atau calon partai
mana yang akan dipilih, hasilnya partai Golkar mendapatkan 13 persen suara. Ada
kenaikan dua persen dari hasil variabel kontrol, tapi tidak signifikan.
Saiful
menjelaskan bahwa kenaikan dua persen ini tidak cukup signifikan untuk
menyatakan pencalonan Airlangga memiliki efek positif pada perolehan suara
Golkar. Namun penting digarisbawahi, lanjut Saiful, setidak-tidaknya pencalonan
Airlangga tidak memiliki efek negatif.
Dalam treatment
selanjutnya, di mana nama Erick dimasukkan sebagai capres Golkar, suara partai
ini juga tidak mengalami perubahan. Dalam variabel kontrol, Golkar mendapatkan
11 persen suara. Ketika disebut nama Erick sebagai calon presiden, suara Golkar
tetap sama, 11 persen. Partai-partai lain seperti PDIP dan Gerindra juga
relative sama.
Ini, menurut
Saiful, logis karena Erick bukan kader partai. Dia tidak punya gerbong yang
bisa dibawa. Erick adalah pendatang baru dalam politik. Dia tidak memiliki efek
untuk memperbesar Golkar jika diusung menjadi capres. Saiful menyimpulkan bahwa
yang bisa membantu peningkatan suara Golkar adalah Ganjar Pranowo. Namn
pencalonan Ganjar oleh Golkar bisa mengubah peta kekuatan partai politik
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar